Kamis, 07 Juli 2011

Rancangan pengajaran Ulangan 15:7-11

Rancangan Pengajaran Ibadah Keluarga, Rabu, 06 Juli 2011

Bacaan Alkitab: Ulangan 15:7-11

“Bukalah Tangan Lebar-lebar”

Pendahuluan
Orang miskin biasanya disebut sebagai orang yang tidak mampu. Namun, dalam konteks kehidupan kita saat ini, orang miskin dapat dikategorikan:
1.    Miskin mutlak à tidak mampu membiayai kehidupannya, baik sandang, pangan, papan
2.    Miskin Relatifà kita akan selalu merasa miskin ketika ada yang ‘lebih’ dari kita, kita akan merasa tidak mampu ketika ada yang ‘lebih kaya’ dari hidup kita yang sekarang, contoh: kita punya mobil motor bebek biasa, ada yang lebih kaya dari kita yang punya motor Harley Davidson (relative)
3.    Miskin Hatià jangan diartikan secara harafiah, artinya bahwa ada orang yang mampu, namun tak punya hati untuk memberi. Ada orang yang kaya tapi tak punya keinginan hati untuk berbagi

Saat ini, ketika berbicara soal kemiskinan (kehidupan, situasi, keadaan) dan orang miskin (yang mengalami) dalam konteks bacaan Ulangan 15:7-11,,,apa dan siapa orang miskin itu?
Mari kita lihat lebih jauh bacaan ini:

Pemahaman Teks
Secara sederhana Orang Miskin yang dikategorikan dalam bacaan ini, adalah orang yang tidak mampu membayar  hutangnya (ay.2-4). Orang yang tidak dapat membayar hutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu pada akhir tahun ke-tujuh (ay.1).
Dalam Nats ini dapat dibagi 2 bagian:
1.    Ayat 1-6
Tahun ketujuh yaitu tahun penghapusan hutang, adalah jangka waktu terakhir yang diberikan kepada umat yang berhutang, apakah mereka sanggup membayar hutang atau tidak. Penekanannya dalam bacaan ini ketika yang berhutang itu adalah sesama dan saudara (ay.2 ) ketika mereka tidak mampu membayar selama waktu yang ditentukan maka diberlakukan penghapusan hutang. dengan tujuanàagar tidak ada orang miskin diantaramu (ay.4)à Berkat Tuhan mengalir, lewat ketaatan dan kesetiaan umat kepada perintah Allah.  (5-6)
Dari sini kita dapat melihat alur dari bacaan: ada perintah Allahàsikap manusia meresponi perintah ituàakibatnya bagi manusia ketika mentaati
2.    Ayat 7-11
Satu dari tiga kewajiban agama Yahudi adalah bersedekah. Yang lainnya: berdoa (6:5-13) dan berpuasa (6:16-18). Dalam melaksanakan kewajiban agama itu, Tuhan Yesus menekankan pentingnya  kerendahan hati dan bukannya kesombongan. Jangan sombong saat bersedekah, jangan sombong saat berdoa, jangan sombong saat berpuasa. Bersedekah atau berderma artinya memberi sesuatu, makanan atau bantuan uang  bagi orang yang berkekurangan dan miskin. Kewajiban bersedekah diperintahkan dalam Ulangan 15:7-11 saat umat Tuhan hidup dalam berkat Allah. Diajarkan bahwa bersedekah kepada orang miskin adalah kehendak dan perintah  Allah: “jangan engkau menegarkan hati … tetapi engkau harus membuka tanganmu lebar-lebar baginya… janganlah engkau berdukacita apabila engkau memberi kepadanya sebab oleh karena hal itulah Tuhan Allahmu akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu.”
Jelas pula ada alur yang sama berlaku: ada perintah Allahàsikap umat meresponi perintah Allahàakibat bagi umat yang mentaatinyaàRealitas hidup yang dihadapi dan perintah Allah

Perintah Allahyang dapat dimaknai secara sederhana:
1.    Janganlah menegarkan Hatià  bersikap apatis (tidak peduli), tidak peka
2.    Membuka tangan lebar-lebar à memberi dengan ketulusan dan kejujuran (lengkapnya di ay.11)
3.    Jangan hatimu pikiran dursilaà berpikiran dan bertindak jahatàtidak ada pengampunan, tidak ada belas Kasih (ay.9)
4.    Memberi dengan limpahnyaà memberi apa yang ada pada kita (sesuai kemampuan) dan sesuai kebutuhan orang yang diberi (ditolong)
5.    Jangan hatimu berdukacitaà memperhitungkan pemberian, ketika memberi merasa berkurang, merasa menyesal, tidak ada sukacita

Akibat Mentaati:
Tuhan memberkati dalam segala pekerjaan dan dalam segala usahaà ada kata segala artinya keseluruhan hidup umat yang bekerja dan berusaha (bukan sebagian, atau sepotong) atau hanya pada masa tahun pengahpusan hutang, tapi berlaku selamanya Berkat Tuhan itu.

Realitas yang dihadapi (ay.11)
Orang Miskin tidak hentinya akan ada dalam negeri itu (ay.11)à maknai kata tidak hentinya, artinya terus menerus akan dijumpai, dan secara terus menerus pun harus membuka tangan lebar-lebarà akumulasi perintah yang harus ditaati (5 point di atas), penekanannya terdapat pada kata membuka tangan lebar-lebar artinya memberi dengan ketulusan dan kejujuran
 Makna kata membuka berarti :
a.    ada kesediaan diri untuk berbagi,
b.    menyambut mereka yang tertindas dan miskin,
c.     merangkul mereka yang tak berdaya,
d.     Adanya kerendahan hati untuk berbagi
e.    Menerima mereka dengan penuh kasih
f.    Memberi dengan ketulusan
Makna Lebar-lebar berarti:
a.    Tidak ada batasan untuk mengasihi
b.    Tidak ada tuntutan ketika memberi
c.    Memberi dengan kejujuran (tidak setengah-setengah, apa adanya bukan ada apanya)

Pemahaman Teologi
Perintah atau praturan ini merupakan penjabaran yang dinyatakan oleh Allah dari pemberian 2 loh Batu kepada Musa. Hal ini diulang lagi dalam konteks kehidupan umat Israel di kitab ulangan. Agar mereka menyadari bahwa karaya pembebasan dan keselamatan mereka boleh terjadi hanya karena Kasih Karunia Allah. Peraturan ini bukan saja membuat umat Israel hidup dalam kepedulian terhadap sesama, tetapi hidup di dalam kasih Karunia Allah yang harus diejahwantahkan dalam kasih terhadap sesama. Itulah makna Teologis-Humanis yang ingin dijelaskan dalam bacaan ini, bahwa ketika mereka mengasihi orang yang berkekurangan (orang miskin) sesungguhnya mereka mengasihi Allah. Tolok ukur mereka memberi bantuan, pertolongan, membuka tangan lebar-lebar adalah Kasih Allah, bukan karena mereka memiliki kemampuan yang lebih, bukan karena mereka kaya. Sesungguhnya ketika umat melakukan perintah tersebut, itulah wujud ungkapan syukur mereka atas karya pembebasan dan keselamatan yang Allah nyatakan, dan Allah pun menyatakan berkat dalam segala hal atas kehidupan umat yang bekerja dan berusaha. Ingat bahwa berkat Tuhan dapat dirasakan melalui pekerjaan dan usaha umatà bukan ongkang-ongkang kaki, bersantai-santai saja.
Pengejawantahan Kasih Tuhan yang harus dinyatakan dalam kehidupan sesama haruslah juga dengan penuh Kasih (seperti yang dijelaskan diatas)à perwujudan pemberian yang penuh kasih dalam bacaan saat ini adalah ‘Membuka tangan Lebar-lebar’(penjelasan di atas).




APLIKASI
Kemiskinan adalah realitas yang kita jumpai sampai detik ini. Yang menjadi pertanyaan  kita bersama adalah  bukan mengapa kemiskinan itu terjadi?bukan menagapa ada orang miskin? Tapi Bagaimana kita selaku Gereja dapat mengambil bagian dalam mengentaskan Kemiskinan itu?
Kerap kita berpikir, bahwa persolan kemiskinan adalah urusan pemerintah daerah atau kota sehingga muncul perilaku dalam kehidupan bermasyarakat ada orang-orang yang ‘senang lihat oarng susah’ dan’ susah lihat orang senang’, orang-orang seperti ini dikategorikan sebagai orang yang apatis (tidak peduli), mementingkan keegoan diri, tidak peka terhadap realitas yang terjadi. Dan Ibu kota Jakarta menjadi bukti konkrit hal tersebut. Ada juga orang yang ketika menolong ya semaunya saja, ‘ada uang kecil ya kasih sedekah, ga ada uang kecil ya lewatin aja’. Nah, dalam konteks kehidupan bergereja kita juga kerap kali menjumpai realitas seperti itu, bahkan sangat parah ketika ada orang yang ingin membantu, menolong hanya supaya namanya dapat terpajang dalam daftar donatur di warta jemaat, sangat ironis. Padahal harusnya kita merasa bersyukur ketika Gereja telah melaksanakan panggilannya dalam Tridharma Gereja (persekutuan,kesaksian, pelayanan) namun apakah perilaku/sikap/perbuatan memberi hanya karena panggilan Gerejawi bukan panggilan hati nurani?
Dari bacaan Ini ada hal penting yang dapat kita maknai:
1.    Jadikan Tuhan sebagai Kepala Gereja dan kepala Daerah, Kepala Negeri, Kepala Bangsa.
Terkadang sebagai orang percaya, kita hanya terpola pada peran Tuhan Yesus sebagai kepala Gereja, sehingga kerapkali kita bersikap ekslusif menyatakan kasih Tuhan dalam hidup kita, yang hanya kita peruntukkan bagi orang-orang yang ada dalam gereja. Memang itu tidaklah salah, tapi pernahkah kita berpikir dan memaknai bahwa Karya keselamatan Tuhan Yesus tidak hanya diberikan sebatas tembok Gereja? Tidak hanya sebatas orang Kristen saja? Mari ubalah pola pikir kita, coba kita bayangkan bagaimana kalau Tuhan Allah dalam Yesus Kristus yang jadi Pemimpin/Kepala Daerah kita? Perubahan apa yang kita akan alami?coba kita bayangkan bagaimana kalau Yesus menjadi Pemimpin Bangsa kita, perubahan apa yang akan terjadi? Pasti hidup ini penuh dengan Kasih dan bermuara pada Damai Sejahtera umat. Dengan hal itu kita dapat menyadari bahwa ketika Kita menjadikan Tuhan sebagai kepala Negeri, daerah, bangsa, kita mampu meneladani kasihNya yanga dapat kita berlakukan bagi sesama manusia. Bukan dalam rangka mengkristenkan, tapi mengKristuskan, artinya menyatakan Kasih Tuhan dalam hidup sesama. Teladan Tuhan yang kita ejahwantahakan dalam hidup kita dan sesama
2.    Sikap memberi adalah Wujud mengasihi Tuhan dan sesama
Jangan pernah berpikir bahwa ketika kita memberi, karena kita berkelebihan. Kita memberi Karena Tuhan telah lebih dulu memberi bagi kita melalu Pemberian Diri-Nya di Kayu salib untuk menebus dosa dan kesalahan kita. itulah Kasih karunia yang Ia limpahkan dalam hidup kita. ketika Kasih itu kita miliki, kita diinginkan untuk menyatakannya juga bagi orang lain dalam wujud memberi, memberi hati kita, hidup kita, apa yang kita miliki untuk berbagi kepada sesama. Sebab ketika kita melayani mereka yang berkekurangan, sesungguhnya kita telah melayani Tuhan. Memberi dengan membuka tangan yang lebar-lebar pada intinya adalah bagaimana kita meneladani Hidup Yesus yang senantiasa memberi kehidupanNya bahkan DiriNya bagi Kita umat manusia. Kita adalah orang-orang yang tidak punya, kita adalah orang yang miskin, namun kita diperkaya dalam Tuhan, kita menjadi Punya dalam Tuhan, kita dimampukan dalam Tuhan lewat DiriNya. Sebab itu dalam memberi dibutuhkan kerendahan hati, kepekaan nurani  dalam seluruh eksistensi diri. Contoh konkrit: ikut mengambil bagian dalam kegiatan PelKes:membuka klinik kesehatan yang gratis diperuntukkan bagi masyarakat sekitar, membentuk tim untuk menolong korban bencana, memfollow up (menindaklanjuti) pertolongan kepada korban pasca bencana (pemulihan fisik, psikis, dsb)à yang telah dilaksanakan oleh Bidang PelKes GPIB seminggu yang lalu di daerah pasca gempa
3.    Tuhan Memberkati kita agar kita jadi berkat bagi sesama
Berkat Tuhan adalah perwujudan dari Ungkapan syukur kita. artinya kita bersyukur karena Tuhan senantiasa menyatakan berkatNya  dalam seluruh/segala  kehidupan kita. orang yang tidak pernah bersyukur adalah orang yang tidak pernah merasakan berkat itu asalnya dari Tuhan (sehingga sll ada rasa tidak puas, sungut-sungut, menggerutu). Berkat Tuhan yang diberikan bukan hanya untuk kita nikmati dan rasakan, bukan hanya agar kita terberkati tapi agar kita mampu jadi berkat bagi sesama. Bagaimana caranya menikmati Berkat Tuhanà menyatakan ketaatan dan kesetiaan pada Tuhan dengan  melakukan segala perintahNyaàmengasihi sesama tanpa membedakan latar belakang kehidupan seseorang, yang pasti adalah keinginan untuk memberi.
Ilustrasi: ada satu kisah tentang seorang pemuda  gelandangan yang ditabrak motor. Membuat ia terjatuh dan terluka parah, Seorang bapak menghampiri hendak menolongnya, tetapi sebelum menolong, ia bertanya dulu, “ kamu orang Kristiani atau bukan? Pemuda itu menjawab, ‘ya, saya Kristiani” si bapak bertanya lagi “Protestan atau katolik”? pemuda itu menjawab:” “protestan”. Eh, sibapak masih bertanya, “Protestannya kaharismatik, Lutheran atau calvinis? Pemuda itu makin meringis kesakitan.
Cerita ini hanya joke, tp kadang joke dapat mewakili realitas yang sesungguhnya. Ketika kita menolong, membantu, berempati terhadap orang yang miskin, itu karena kita sukacita dan sukarela, bukan hanya karena ada program kerja, bukan karena tugas gereja dlm tri panggilan gereja sj, tapi karena kita memang ingin memberi dari hati nurani, hendak menolong dengan penuh Kasih. AMIN

Selamat menyusun bahan Khotbah

Salam,


Vik. FMB J

1 komentar: